Krriiiiiiiiinnggggggg...!!!!
Bunyi alarm ku berdering tepat pukul 5 pagi, namun aku tetap berbaring di kasurku yang pagi ini benar-benar membuatku nyaman sekali, tak ingin pergi dari kasur ini rasanya.
"Naya, banguun nak ini kan hari terakhir kamu ujian nasional, mau lulus nda?" Sahut ibuku.
Aku pun terkejut dan langsung pergi dari kasurku yg pagi itu masih melambaikan kelembutannya,
"Ya ampuun aku lupa msh ada ujian, uurrgghh grgr semalem gk bisa tidur nih!!" Jawabku mengomel.
Ya hari ini adalah hari terakhirku menjalani ujian nasional, Ya Rabb semoga semuanya lancar. Sudah tiga hari aku menjalani ujian nasional ini, dan sebelumnya sudah kulakukan juga ujian-ujian yang lainnya agar lulus dari sekolah menengah kejuruanku di daerah tangerang ini.
"Hari ini kamu mau langsung pulang nay?" Tanya Radit kepadaku. Dia adalah kekasihku, sedari kita duduk dibangku SMK kelas X. Radit adalah sosok laki-laki yang baik, pengertian, dan tidak suka marah-marah, dia tidak egois dan selalu bisa menerima keadaan apapun dengan lapang dada, begitulah aku dapat mencintainya.
"Iya dit, aku mau nemenin mamah belanja, emg kenapa?" Ujarku
"Enggak sih sebenernya aku mau ngajak kamu ke taman sebentar, ada yang mau aku omongin" Sahutnya
"Kamu mau ngomong apa? serius bgt sih :p" jawabku sambil meledeknya
"Ya tapi kalo kamu gk bisa ya gk apa-apa ko nay aku ngerti." Ucapnya dengan nada yang sangat lembut.
Akupun pulang meninggalkan Radit, entah apa yang ingin radit katakan aku tak hiraukan, karna menurutku ia hanya ingin sekedar bercerita kemana aku akan lulus nanti.
Bulan pun berlalu, akhirnya aku dan teman-temanku dikatakan lulus dari sekolah menengah kejuruanku ini yg selama tiga tahun telah mengukir sejuta cerita didalamnya.
"Nay, aku mau ngomong kali ini serius ya!" Ucapnya dengan nada yang sedikit tegas
"Iya radit aku dengerin, mau ngomong apa?" Jawabku dengan lembut
"Nay, setelah lulus dari sini aku mau lanjut kuliah di bandung, aku...."
"Jadi kamu mau mutusin aku karna kamu mau pindah kebandung?" Jawabku yang langsung memotong pembicaraannya.
"Nggak nay, aku cuma mau kamu bisa percaya kalau aku disana tetep bisa berhubungan baik sm kamu." Sahutnya dengan menatap mataku tajam
"Gimana aku bisa percaya kalau aku gk ngeliat keadaan kamu dit?"
"Kamu harus yakin nay, kalo aku akan datang di hadapan kamu setelah aku lulus dan sukses, papah... papah mengidap kanker nay, aku yang harus jadi tulang punggung, aku ke bandung kerumah omku, aku mau bantu biaya pengobatan papah nay, maaf hal ini kalau baru aku ceritakan ke kamu."
"Apaaa? Sejak kapan dit? kenapa kamu gk ngasih tau aku?" Jawabku panik
"Kamu gk perlu tau nay, yang penting kamu harus raih cita-cita kamu disini raih semua yang kamu mau, katanya kamu mau jadi penulis handal hehehe"
"Dit aku sedih, tp kamu masih bisa ketawa"
"Kalau aku sedih nanti kamu malah nangis" Jawab radit dan langsung memeluku.
"Besok aku berangkat, kamu baik-baik ya disini...."
Enam bulan berlalu, aku sudah jadi mahasiswa smester awal di universitas yang cukup ternama di jakarta, hati ini rasanya rindu kepada radit, ingin aku ceritakan semua yang aku lakukan saat orientasi mahasiswa baru waktu itu, namun setiap ku telfon radit tak kunjung mengangkatnya, entah apa yang sedang radit lakukan dibelakangku. Aku hanya turut bersabar.
Hari ini mungkin adalah hari spesialku, karna buku pertamaku yang aku tulis diterima oleh penerbit ternama, bersyukur sekali dapat membuat kedua orangtuaku tersenyum.
Langsung kuambil ponselku dan mengirimi radit sms bahwasanya aku sudah mulai membuat hobiku menjadi bisnis.
"Assalamu'alaikum, radit hari ini tim pnrbit buku mnrma buku pertamaku yg brjdl Tangan Cinta mngkn aku gk bs critain smua isi bukunya, tp kl kamu brknan mau bca bs kamu liat di toko buku di daerah kamu."
Sms yang ku ketik tadipun sudah terkirim dua menit yang lalu, berharap radit memberikan respon atas keberhasilan pertamaku ini.
Aku pun bergegas merapihkan diriku dipagi hari ini dan siap melangkah ke toko buku di daerahku untuk kunjungan pers yang disediakan dari penerbit, hampir 20 menit sudah aku menunggu balasan sms dari radit, namun tak kunjung ada.
Radit, apakah masih ada namaku di benakmu? ataukaah?? Aahh khayalanku sudah terlalu jauh, aku harus tetap bersabar, Empat tahun waktu yang tidak lama kok untuk menunggu radit pulang, menurutku.
Empat tahun sudah aku menunggu radit, sekaligus menyelesaikan gelar sarjanaku di universitas ini, selama empat tahun aku benar-benar merasa hampa, slalu aku kirimi radit sms, namun tak kunjung ada balasannya, pernah berniat menyusulnya ke bandung tapi aku tak tau pasti alamat rumahnya, hampir tiap malam aku aku berdoa kepada tuhanku untuk slalu mengingatkan radit akan aku disini yang tetap menunggunya.
Esok, adalah hari dimana sudah kesekian kalinya buku yang aku tulis di terima oleh sang penerbit kali ini aku benar-benar biasa bagiku, padahal hal ini bagi orang-orang adalah hal yang amat sangat membanggakan, tapi tidak denganku. Radit yang sudah menyelesaikan sarjanya sama sepertiku tak kunjung datang padahal tadi malam sudah ku beritahu kalau esok ada kunjungan pers untuk promosi buku baru yang kutulis itu.
Di meja pers, sudah banyak wartawan yang sedang mengabadikan wajahku dengan kameranya, kilauan cahaya flash membuat mataku sedikit sakit, namun hari ini tetap harus berjalan.
Ponsel kupun bergetar, ternyata ada sms masuk dan itu dari radit, sosok laki-laki yang selama ini aku tunggu-tunggu kabarnya.
"Hari ini ini kamu cantik sekali mengenakan hijab biru, warna favorit kita, matamu tetap indah seperti dulu aku menatapmu, selamat atas keberhasilannmu selama ini, aku turut bahagia melihatnya."
Aku pun tersenyum melihat sms dari radit, namun darimana dia bisa tau aku mengenakan hijab berwarna biru, kalau dia tau, berarti dia sedang berada di tempat yang sama denganku bukan?
Kulihat sekeliling ruangan ini, mataku mencari-cari sosok radit, namun entah dimana dia tidak terlihat olehku.
"Mba seperti mencari-cari, mencari siapa mbak?" Tanya beberapa wartawan kepadaku.
"Ah tidak, saya tadi seperti ada yang memanggil, tidak apa-apa" Jawabku panik.
Jumpa pers inipun selesai, dan aku langsung bergegas mencari dimana gerangan radit berada, sudah kucari hampir seisi ruangan toko buku ini, sampai di lantai paling atas.
Aku terdiam, rasanya lelah, ingin sekali aku tumpahkan segala apa yang aku rasakan di tempat ini, namun aku takut ada wartawan yang melihatku nanti, karna tak ingin aku terkenal dengan air mataku yang disorot nantinya. Kuputuskan untuk pulang, dan menuju ke parkiran mobil.
Setibanya aku di parkiran mobil ponselku kembali bergetar dan lagi sms itu dari nomor yang sangat aku hafal, radit.
"Kamu seharusnya gk perlu mencariku, karna aku sudah ada didekatmu. Oya aku sudah baca bukumu yang ini, menarik hanya ada 42 halaman, namun isinya sangat berkesan, di bab prtma ada 22 halaman, bab kedua ada 10 halaman dan bab terakhir ada 10 halaman lagi, kalau aku bisa simpulkan itu adalah tanggal dimana aku mengatakan cinta kepadamu, 221010 benarkan?"
Radit, sudah membaca bukuku? Dan dia mengerti maksud dari 42 halaman itu, dimana radit sebenarnya??
"Kamu dimana? jangan buat aku mencari-cari lagi radit, aku sudah cukup lama menunggumu dengan kabar yang entah aku terima.."
Balasku, sekaligus melirik-lirik lagi sekeliling parkiran.
"Sudah lebih baik kamu cepat pulang, aku yang sekarang menunggumu saat ini" Balasnya singkat dan aku dibuat bingung olehnya, maksudnya apa?
Setibanya dirumah, sudah ada mobil yang parkir di depan rumahku dengan berplat polisi D, siapa? Ayah? Ayah kan sudah pulang dari tadi pagi, setibanya di ruang tamu, ada sesosok laki-laki tampan yang sedang mengobrol dengan ibuku, ia mengenakan kemeja yang rapih, berkaca mata, dan ternyata ia adalah Radit, sosok laki-laki yang selama empat tahun ini aku tunggu-tunggu, Ya Rabbi apakah benar ini radit?
Aku masih tak percaya, akhirnya aku langsung duduk dan menanyakan berbagai macam pertanyaan untuknya,
"Bagaimana kamu bisa ada disini?"
"Sms mu tadi?"
"Aaahhh kenapa kamu menyebalkan sekali sih" Gerutuku yang rasanya bertubi-tubi aku berikan kepada radit.
"Hey, aku rindu sekali kepadamu nay, nayaaaaaaaaaa" Ucapnya dan langsung memelukku,
Tangiskupun pecah di pelukan radit, tersegak aku tak kuasa menahan segala apa yang aku rasakan, mengapa kau baru datang hari ini radit? mengapa tidak setiap tahun saja kau kunjungi rumahku ini? aku rindu akan dirimu yang sabar, rindu akan suaramu yang besar namun lembut, menghangatkanku dari segala kedingingan di keadaan ini.
"Maafin aku ya naya, selama ini aku selalu menerima smsmu yang aargh benar-benar membuatku hancur naya, aku tak kuat kalau kamu harus mengetahui keadaanku disana, aku hanya ingin kamu mengukir cita-citamu disini, dan akupun benar-benar bahagia sekali melihat semua perjalananmu, terutama kesetiaanmu terhadapku, hehe"
"Arrgghh radiiit, kamu tuuh isshh ngeselin trus gmn kamu bisa tau kalo aku hari ini make jilbab berwarna biru?"
"Aku kan selalu ada didekatmu, jadi kemanapun kamu pergi pastilah aku tau apa yang kamu kenakan dan apa yang kamu lakukan :p"
"Isshh radit aku seriuuuss tau" Jawabku sambil menyubit perutnya, radit sudah gemukan sekarang, mungkin karna dia sudah mendapat pekerjaan di jakarta juga..
"Iya iya ampun, aku tau dari ibu kok, huuh kamu ni msh aja galak bgt"
"Aku fikir kamu udah punya pacar baru disana, cewe-cewe bandung kan cantik-cantik dit"
"Emang cantik-cantik"
"Isshh tuh kan radit jahaaat"
"Tapi,... gk ada yang lebih cantik luar dalam kaya kamu gini, asal kamu tau, setiap saat aku selalu ingat kamu naya, gk pernah lepas dari memori kita waktu di smk dulu, aku mencintaimu naya, aku mencintaimu karna allah"
Aku pun menangis lagi dalam pelukan radit, ya allah terimakasih kau telah mengabulkan doaku.
Kini aku dan Raditpun sudah siap bersandar di pelaminan nanti, aku akan tetap mencintaimu radit, bersabar, dan setia untukmu......
Sabtu, 17 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komeNtar tar tar:
Posting Komentar