Senin, 26 November 2012

Inilah Kasih Seorang Ibu

di tuLis oLeh Amalia Rahmawati pada 6:05 AM 0 komeNtar tar tar
Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah desa kecil, suatu ketika ada seorang ibu yang penuh kasih pergi ke kota besar, setelah kembali ke rumah dirinya berubah total dari sebelumnya. Semula ibu ini sangat mengasihi puterinya, tak peduli seberapa larut pun anaknya pulang rumah, dia akan menunggu untuk membuatkan makanan enak dan diantarkan ke hadapan anaknya.

Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, biar pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan nada dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum bisa masak sendiri?”

Dari itu, sang anak berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, lalu timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, saat lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, sebab biar pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan kalau sang ibu sudah tiada.

Tak seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap dingin dan seakan bermusuhan, sehingga kematian ibunya tidak membawa dampak kesedihan sama sekali pada dirinya.

Selanjutnya ayahnya kimpoi kembali, setelah ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan nasi baginya, setelah lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi hubungan dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis.

Sang anak belajar dengan keras dan akhirnya berhasil dalam ujian masuk perguruan tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, ketika sedang diliputi kecemasan, ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan kalau sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan agar pada saat menemui kondisi paling sulit, baru boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.

Sang anak menerima kotak ini dari ayahnya, ketika dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.

Dalam surat tersebut tertulis pesan ibunya:

Anakku, kali itu ketika ibu pergi ke kota, sebetulnya ibu pergi memeriksakan kesehatan tubuh, setelah dilakukan pemeriksaan, barulah ibu tahu kalau ibu terkena kanker dan sudah stadium akhir, saat itu ibu hampir-hampir tidak bisa berdiri lagi. Ibu bukan khawatir akan diri ibu, akan tetapi ibu khawatir akan dirimu. Ibu berpikir jika ibu sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil, bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu?

Dari itu, sepulangnya ibu ke rumah, ibu bersikap dingin kepadamu dan ingin kamu mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu agar kamu membenci ibu, dengan demikian sesudah ibu sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu tidak akan diliputi dengan kesedihan.

Anakku, walau ibu tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ibu sebetulnya tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ibu tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ibu tetap menunggumu pulang.

Ketika kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ibu membiarkanmu masak sendiri, sebab ibu berharap sesudah ibu tiada nanti, kamu bisa menjaga diri. Dulu ibu mengerjakan semuanya untukmu, namun sesudah ibu tiada nanti, siapa lagi yang akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu sendiri.

Ibu berlaku buruk padamu, bahkan tidak memasakkan nasi untukmu dan semua pekerjaan harus kamu lakukan sendiri, maka dengan demikian ketika nanti ayahmu kimpoi kembali, kamu akan berpikir bahwa ibu baru akan lebih baik dari ibu, sehingga kalian akan dapat berhubungan dengan baik dan hari-harimu akan lebih mudah dilalui.

Dalam kotak ini ada uang 5000 dolar yang diberikan nenek kepada ibu, sebetulnya ini adalah uang berobat ibu, namun ibu tidak rela menggunakannya, ibu tinggalkan untukmu dengan harapan ketika nanti kamu masuk perguruan tinggi dan membutuhkan uang, kamu dapat menggunakannya. Sekarang, ibu meminta bantuan ayah untuk menyampaikannya kepadamu.

Air mata segera mengaburkan mata sang anak, juga mengaburkan sepasang mata kita yang membaca kisah ini, kasih ibu terhadap anak sungguh tanpa pamrih dan penuh akal budi, mana mungkin ada ibu yang tidak mengasihi anaknya?

Ketika dia harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anak, harus berusaha keras untuk memperlihatkan wajah dingin kepada anaknya, saya sungguh sulit membayangkan, betapa menderitanya perasaan ibu ketika itu, namun demi perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di masa mendatang, ibu rela menerima segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk membiarkan sang anak salah paham terhadapnya.

Namun apakah sebagai anak, kita mau memahami isi hati ibu?

Teringat pernah sekali, di dalam sebuah lift bertemu dengan seorang anak, ketika ibunya dengan sabar membimbingnya, anak ini terlihat tidak sabaran dan mengeluhkan kalau ibunya cerewet, bahkan marah-marah dan meminta ibunya agar tutup mulut. Ibunya juga marah, namun tetap menahan diri dengan terus meminum air mineral di tangannya, pada saat ini sang anak sama sekali tidak sadar akan betapa sedihnya hati ibunya.

Cinta kasih harus dirasakan dengan kesungguhan hati, ketika kita membantah ayah dan ibu kita, mengapa kita tidak menyadari kalau sepatah perkataan penuh emosi kita telah pun menyebabkan luka mendalam di dalam hati ayah dan ibu. Ketika ayah dan ibu sedang memberi bimbingan kepada kita, apakah kita dapat menyadari betapa besarnya hati kasih orangtua kepada anak? Atau kita menganggap ayah dan ibu tidak senang melihat kita dan selalu mencari masalah pada diri kita.

Ketika ibu memukul dan memarahi kita, apakah itu benar-benar disebabkan karena ibu tidak menyukai kita?

Pernah mendengar seorang ibu berkata demikian: Anak-anak tersayang, tidak semua ibu dapat berbuat seperti yang kalian harapkan, kalian semestinya mau mengerti akan tindakan ibu kalian dan jangan pernah menyalahkannya. Saya percaya, ibu kalian dan termasuk ayah kalian akan mencintai kalian selama-lamanya, tak peduli metode apa yang dipergunakan, mereka akan tetap berdiri di sisi kalian untuk selama-lamanya, tetap berharap kalian agar kalian cepat tumbuh dewasa dan nantinya dapat berbuat lebih banyak bagi negara dan masyarakat.

Benar sekali, ibu selalu mengasihi kita, mengapa kita masih saja meragukannya?

Apakah kita tahu kalau di mata ibu, kita selama-lamanya adalah anak-anak, biar pun kita telah berusia 80 tahun dan punya banyak anak cucu, ibu kita tetap mengkhawatirkan diri kita: apakah pakaian yang dikenakan sudah cukup hangat, apakah di malam hari tubuh ada ditutup selimut dengan baik, apakah ada makan kenyang, dan seterusnya.

Kasih ibu adalah sedemikian besar dan tanpa pamrih, bagaikan sumber air yang terus mengalir deras tanpa pernah berhenti. Akan tetapi, bilakah kita sebagai anak dapat benar-benar memahami akan isi hati ibu?

Pernah ada orang yang mengumpamakan kasih ibu bagaikan tanaman bunga di tepi jalan, tiada orang yang peduli, tiada orang yang merawat, tiada orang yang memberi perhatian, namun tak peduli dalam cuaca bertopan, hujan deras atau hawa dingin membeku, asalkan ada sedikit sinar mentari dan embun hujan, dia akan tetap tumbuh dan berbunga lebat.

Jangan lagi mengenyampingkan tali kasih ini, kasih ibu tiada pamrih dan kita perlu secepatnya memahaminya dengan sepenuh hati, merasakannya dengan sepenuh hati dan membalas budi luhurnya dengan sepenuh hati.

“Pohon ingin tetap tenang, namun angin terus berhembus; anak ingin berbakti, namun orangtua sudah tiada”, pastikan penyesalan seperti ini jangan sampai terjadi dalam kehidupan kita ini. Kita harus tahu bahwa ketika kita membuka pintu rumah dan memanggil “Ibu”, masih ada orang orang yang menyahut adalah suatu hal yang sangat membahagiakan. Dari itu, marilah kita menghargai kasih sayang termurni dan paling sulit diperoleh di dunia ini, kita juga harus membalas budi luhur ibu dengan cinta kasih kita yang paling tulus.


THE END

Sabtu, 17 November 2012

Kesetiaanku...

di tuLis oLeh Amalia Rahmawati pada 4:51 AM 0 komeNtar tar tar
Krriiiiiiiiinnggggggg...!!!!
Bunyi alarm ku berdering tepat pukul 5 pagi, namun aku tetap berbaring di kasurku yang pagi ini benar-benar membuatku nyaman sekali, tak ingin pergi dari kasur ini rasanya.
     "Naya, banguun nak ini kan hari terakhir kamu ujian nasional, mau lulus nda?" Sahut ibuku.
Aku pun terkejut dan langsung pergi dari kasurku yg pagi itu masih melambaikan kelembutannya,
     "Ya ampuun aku lupa msh ada ujian, uurrgghh grgr semalem gk bisa tidur nih!!" Jawabku mengomel.

Ya hari ini adalah hari terakhirku menjalani ujian nasional, Ya Rabb semoga semuanya lancar. Sudah tiga hari aku menjalani ujian nasional ini, dan sebelumnya sudah kulakukan juga ujian-ujian yang lainnya agar lulus dari sekolah menengah kejuruanku di daerah tangerang ini.

     "Hari ini kamu mau langsung pulang nay?" Tanya Radit kepadaku. Dia adalah kekasihku, sedari kita duduk dibangku SMK kelas X. Radit adalah sosok laki-laki yang baik, pengertian, dan tidak suka marah-marah, dia tidak egois dan selalu bisa menerima keadaan apapun dengan lapang dada, begitulah aku dapat mencintainya.
     "Iya dit, aku mau nemenin mamah belanja, emg kenapa?" Ujarku
     "Enggak sih sebenernya aku mau ngajak kamu ke taman sebentar, ada yang mau aku omongin" Sahutnya
     "Kamu mau ngomong apa? serius bgt sih :p" jawabku sambil meledeknya
     "Ya tapi kalo kamu gk bisa ya gk apa-apa ko nay aku ngerti." Ucapnya dengan nada yang sangat lembut. 
Akupun pulang meninggalkan Radit, entah apa yang ingin radit katakan aku tak hiraukan, karna menurutku ia hanya ingin sekedar bercerita kemana aku akan lulus nanti.

Bulan pun berlalu, akhirnya aku dan teman-temanku dikatakan lulus dari sekolah menengah kejuruanku ini yg selama tiga tahun telah mengukir sejuta cerita didalamnya.

     "Nay, aku mau ngomong kali ini serius ya!" Ucapnya dengan nada yang sedikit tegas
     "Iya radit aku dengerin, mau ngomong apa?" Jawabku dengan lembut
     "Nay, setelah lulus dari sini aku mau lanjut kuliah di bandung, aku...."
     "Jadi kamu mau mutusin aku karna kamu mau pindah kebandung?" Jawabku yang langsung memotong pembicaraannya.
     "Nggak nay, aku cuma mau kamu bisa percaya kalau aku disana tetep bisa berhubungan baik sm kamu." Sahutnya dengan menatap mataku tajam
     "Gimana aku bisa percaya kalau aku gk ngeliat keadaan kamu dit?"
     "Kamu harus yakin nay, kalo aku akan datang di hadapan kamu setelah aku lulus dan sukses, papah... papah mengidap kanker nay, aku yang harus jadi tulang punggung, aku ke bandung kerumah omku, aku mau bantu biaya pengobatan papah nay, maaf hal ini kalau baru aku ceritakan ke kamu."
     "Apaaa? Sejak kapan dit? kenapa kamu gk ngasih tau aku?" Jawabku panik
     "Kamu gk perlu tau nay, yang penting kamu harus raih cita-cita kamu disini raih semua yang kamu mau, katanya kamu mau jadi penulis handal hehehe"
     "Dit aku sedih, tp kamu masih bisa ketawa"
     "Kalau aku sedih nanti kamu malah nangis" Jawab radit dan langsung memeluku.
     "Besok aku berangkat, kamu baik-baik ya disini...."

Enam bulan berlalu, aku sudah jadi mahasiswa smester awal di universitas yang cukup ternama di jakarta, hati ini rasanya rindu kepada radit, ingin aku ceritakan semua yang aku lakukan saat orientasi mahasiswa baru waktu itu, namun setiap ku telfon radit tak kunjung mengangkatnya, entah apa yang sedang radit lakukan dibelakangku. Aku hanya turut bersabar.

Hari ini mungkin adalah hari spesialku, karna buku pertamaku yang aku tulis diterima oleh penerbit ternama, bersyukur sekali dapat membuat kedua orangtuaku tersenyum.
Langsung kuambil ponselku dan mengirimi radit sms bahwasanya aku sudah mulai membuat hobiku menjadi bisnis.
     "Assalamu'alaikum, radit hari ini tim pnrbit buku mnrma buku pertamaku yg brjdl Tangan Cinta mngkn aku gk bs critain smua isi bukunya, tp kl kamu brknan mau bca bs kamu liat di toko buku di daerah kamu."
Sms yang ku ketik tadipun sudah terkirim dua menit yang lalu, berharap radit memberikan respon atas keberhasilan pertamaku ini.
Aku pun bergegas merapihkan diriku dipagi hari ini dan siap melangkah ke toko buku di daerahku untuk kunjungan pers yang disediakan dari penerbit, hampir 20 menit sudah aku menunggu balasan sms dari radit, namun tak kunjung ada.
Radit, apakah masih ada namaku di benakmu? ataukaah?? Aahh khayalanku sudah terlalu jauh, aku harus tetap bersabar, Empat tahun waktu yang tidak lama kok untuk menunggu radit pulang, menurutku.

Empat tahun sudah aku menunggu radit, sekaligus menyelesaikan gelar sarjanaku di universitas ini, selama empat tahun aku benar-benar merasa hampa, slalu aku kirimi radit sms, namun tak kunjung ada balasannya, pernah berniat menyusulnya ke bandung tapi aku tak tau pasti alamat rumahnya, hampir tiap malam aku aku berdoa kepada tuhanku untuk slalu mengingatkan radit akan aku disini yang tetap menunggunya.

Esok, adalah hari dimana sudah kesekian kalinya buku yang aku tulis di terima oleh sang penerbit kali ini aku benar-benar biasa bagiku, padahal hal ini bagi orang-orang adalah hal yang amat sangat membanggakan, tapi tidak denganku. Radit yang sudah menyelesaikan sarjanya sama sepertiku tak kunjung datang padahal tadi malam sudah ku beritahu kalau esok ada kunjungan pers untuk promosi buku baru yang kutulis itu.
Di meja pers, sudah banyak wartawan yang sedang mengabadikan wajahku dengan kameranya, kilauan cahaya flash membuat mataku sedikit sakit, namun hari ini tetap harus berjalan.

Ponsel kupun bergetar, ternyata ada sms masuk dan itu dari radit, sosok laki-laki yang selama ini aku tunggu-tunggu kabarnya.
     "Hari ini ini kamu cantik sekali mengenakan hijab biru,       warna  favorit kita, matamu tetap indah seperti dulu aku menatapmu, selamat atas keberhasilannmu selama ini, aku turut bahagia melihatnya."
Aku pun tersenyum melihat sms dari radit, namun darimana dia bisa tau aku mengenakan hijab berwarna biru, kalau dia tau, berarti dia sedang berada di tempat yang sama denganku bukan? 
Kulihat sekeliling ruangan ini, mataku mencari-cari sosok radit, namun entah dimana dia tidak terlihat olehku.
     "Mba seperti mencari-cari, mencari siapa mbak?" Tanya beberapa wartawan kepadaku.
     "Ah tidak, saya tadi seperti ada yang memanggil, tidak apa-apa" Jawabku panik.
Jumpa pers inipun selesai, dan aku langsung bergegas mencari dimana gerangan radit berada, sudah kucari hampir seisi ruangan toko buku ini, sampai di lantai paling atas.
Aku terdiam, rasanya lelah, ingin sekali aku tumpahkan segala apa yang aku rasakan di tempat ini, namun aku takut ada wartawan yang melihatku nanti, karna tak ingin aku terkenal dengan air mataku yang disorot nantinya. Kuputuskan untuk pulang, dan menuju ke parkiran mobil.

Setibanya aku di parkiran mobil ponselku kembali bergetar dan lagi sms itu dari nomor yang sangat aku hafal, radit.
     "Kamu seharusnya gk perlu mencariku, karna aku sudah ada didekatmu. Oya aku sudah baca bukumu yang ini, menarik hanya ada 42 halaman, namun isinya sangat berkesan, di bab prtma ada 22 halaman, bab kedua ada 10 halaman dan bab terakhir ada 10 halaman lagi, kalau aku bisa simpulkan itu adalah tanggal dimana aku mengatakan cinta kepadamu, 221010 benarkan?"
 Radit, sudah membaca bukuku? Dan dia mengerti maksud dari 42 halaman itu, dimana radit sebenarnya??
     "Kamu dimana? jangan buat aku mencari-cari lagi radit, aku sudah cukup lama menunggumu dengan kabar yang entah aku terima.."
Balasku, sekaligus melirik-lirik lagi sekeliling parkiran.
     "Sudah lebih baik kamu cepat pulang, aku yang sekarang menunggumu saat ini" Balasnya singkat dan aku dibuat bingung olehnya, maksudnya apa? 

Setibanya dirumah, sudah ada mobil yang parkir di depan rumahku dengan berplat polisi D, siapa? Ayah? Ayah kan sudah pulang dari tadi pagi, setibanya di ruang tamu, ada sesosok laki-laki tampan yang sedang mengobrol dengan ibuku, ia mengenakan kemeja yang rapih, berkaca mata, dan ternyata ia adalah Radit, sosok laki-laki yang selama empat tahun ini aku tunggu-tunggu, Ya Rabbi apakah benar ini radit?
Aku masih tak percaya, akhirnya aku langsung duduk dan menanyakan berbagai macam pertanyaan untuknya,
     "Bagaimana kamu bisa ada disini?"
     "Sms mu tadi?"
     "Aaahhh kenapa kamu menyebalkan sekali sih" Gerutuku yang rasanya bertubi-tubi aku berikan kepada radit.
     "Hey, aku rindu sekali kepadamu nay, nayaaaaaaaaaa" Ucapnya dan langsung memelukku,
Tangiskupun pecah di pelukan radit, tersegak aku tak kuasa menahan segala apa yang aku rasakan, mengapa kau baru datang hari ini radit? mengapa tidak setiap tahun saja kau kunjungi rumahku ini? aku rindu akan dirimu yang sabar, rindu akan suaramu yang besar namun lembut, menghangatkanku dari segala kedingingan di keadaan ini.
     "Maafin aku ya naya, selama ini aku selalu menerima smsmu yang aargh benar-benar membuatku hancur naya, aku tak kuat kalau kamu harus mengetahui keadaanku disana, aku hanya ingin kamu mengukir cita-citamu disini, dan akupun benar-benar bahagia sekali melihat semua perjalananmu, terutama kesetiaanmu terhadapku, hehe"
     "Arrgghh radiiit, kamu tuuh isshh ngeselin trus gmn kamu bisa tau kalo aku hari ini make jilbab berwarna biru?"
     "Aku kan selalu ada didekatmu, jadi kemanapun kamu pergi pastilah aku tau apa yang kamu kenakan dan apa yang kamu lakukan :p"
     "Isshh radit aku seriuuuss tau" Jawabku sambil menyubit perutnya, radit sudah gemukan sekarang, mungkin karna dia sudah mendapat pekerjaan di jakarta juga..
     "Iya iya ampun, aku tau dari ibu kok, huuh kamu ni msh aja galak bgt"
     "Aku fikir kamu udah punya pacar baru disana, cewe-cewe bandung kan cantik-cantik dit"
     "Emang cantik-cantik"
     "Isshh tuh kan radit jahaaat"
     "Tapi,... gk ada yang lebih cantik luar dalam kaya kamu gini, asal kamu tau, setiap saat aku selalu ingat kamu naya, gk pernah lepas dari memori kita waktu di smk dulu, aku mencintaimu naya, aku mencintaimu karna allah"
Aku pun menangis lagi dalam pelukan radit, ya allah terimakasih kau telah mengabulkan doaku.
Kini aku dan Raditpun sudah siap bersandar di pelaminan nanti, aku akan tetap mencintaimu radit, bersabar, dan setia untukmu......

Remaja..

di tuLis oLeh Amalia Rahmawati pada 3:19 AM 0 komeNtar tar tar
Remaja, identik banget pasti sama fashion, dan gaya hidupnya. Enaknya jadi remaja bisa punya waktu kapan aja dia mau kemana, gk kaya ibu2 atau bapa2 yg repot dengan pekerjaan mereka masing2. 

Tapi remaja kaya gimana sih yg harus di contoh? Di luar sana tuh disanaa ya disana, banyak bgt cewek2 cantik dan cowok2 ganteng yg pergaulannya di salah artikan, padahal umur mereka masih belasan tahun teman. Mereka begitu karna apa ya? Katanya sih banyak banget faktor yg buat mereka kaya gitu, emm faktor utamanya sih gue rasa dari keluarga. 

Menurut gue kalo keluarganya sendiri aja udah ngebebasin anak remajanya bertingkah laku seperti itu, ya mungkin wajar bagi "mereka" menyalah artikan pergaulan. -_- Bahkan terkadang mereka nggak jadi diri mereka sendiri dengan alasan mengikuti tren atau mode jaman sekarang, miris bgt kan teman?

Berprilaku seperti orang yg memiliki segalanya tp disisi lain orangtuanya kesusahan nyari duit kesana kemari, bayangin coba kalo lo jadi orangtua dan punya anak kaya gitu? Pasti sakit banget rasanya jadi orangtua kita :( Dia yg ngelahirin, ngerawat dan hopeful anaknya bisa jadi seorang yg sholeh dan sholeha tp apa kenyataanya? 

 Sungguh disayangkan banget yaa, padahal harusnya umuran kaya gue dan kalian itu lagi asik2nya ngorek2 otak loh, ckck ya semoga aja generasi penerus bangsa selanjutnya bisa punya moral yg lebih baik lagi ya teman :) Bisa menghargai arti waktu buat mereka. Jadi, jaga dan hargai masa remajamu yaa ^^
 

Rahmalia Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos